Kisah Nabi Musa, Foto Dok. kidscornerNabi Musa merupakan salah satu utusan Allah yang selama hidupnya banyak diberikan cobaan yang bertubi-tubi. Kisah Nabi Musa juga diceritakan dalam Alquran saat membelah lautan karena diberikan mukjizat oleh Allah SWT untuk membelah laut dan menenggelamkan Firaun beserta pasukannya. Mukjizat membelah laut Nabi Musa ada dalam surah Taha ayat 77 tentang kisahnya yang dapat membelah laut dari sebuah tongkat yang ketika dipukul ke tanah dapat membelah Musa memang dikenal sebagai orang yang berani menentang Firaun yang telah melampaui batas. Nabi Musa kala itu berusaha meluluhkan hati Firaun namun gagal hingga membuat Firaun memerintahkan pasukannya untuk menangkap Nabi Musa. Saat Nabi Musa dan para pengikutnya dikejar oleh pasukan Firaun, mereka terjebak di ujung perbatasan laut hingga tidak memiliki jalan keluar, kecuali melewati laut yang disebut dengan nama Laut Nabi Musa dalam AlquranSaat itulah, Nabi Musa memukul tongkatnya ke tanah hingga lautan seketika terbelah, lalu Nabi Misa dan pengikutnya pun berjalan di tengah-tengah laut yang terbelah. Berikut dalil Alquran Surah Taha ayat 77وَلَقَدْ اَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰٓى اَنْ اَسْرِ بِعِبَادِيْ فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيْقًا فِى الْبَحْرِ يَبَسًاۙ لَّا تَخٰفُ دَرَكًا وَّلَا تَخْشٰىWa laqad auḥainā ilā mụsā an asri bi'ibādī faḍrib lahum ṭarīqan fil-baḥri yabasal lā takhāfu darakaw wa lā takhsyāArtinya Dan sungguh, telah Kami wahyukan kepada Musa, 'Pergilah bersama hamba-hamba-Ku Bani Israil pada malam hari, dan pukul lah buat lah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, engkau tidak perlu takut akan tersusul dan tidak perlu khawatir akan tenggelam.'Lalu, saat Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke tanah, ia mengucapkan doa membelah lautan, yaituاَللهم لَكَ الْحَمْدُ وَاِلَيْكَ الْمُشْتَكَى وَاَنْتَ الْمُسْتَعَانُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِAllahumma lakal hamdu wa ilaikal Musytaka wa Antal Musta'aan wa laa haula walaa quwwata illa billahil 'aliyyil 'azhiim'.Artinya Ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu, hanya kepada-Mu lah kami mengadu, dan hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan. Tiada daya untuk menghindari maksiat dan tiada kekuatan untuk taat, kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Maha Firaun dan pasukannya mengejar Nabi Musa mengikuti jalur yang lautannya sudah terbelah oleh Nabi Musa, dengan mukjizat dari Allah SWT, Firaun dan pasukannya ditengelamkan ke dalam di surah Taha, kisah Nabi Musa juga difirmankan oleh Allah dalam surah Asy Syuara ayat 60-66. Saat melihat pasukan Firaun ikut masuk ke dalam lautan, para pengikut Nabi Nusa ketakutan, sehingga Nabi Musa menenangkan mereka karena Allah telah memberi petunjuk. Demikianlah kisah singkat tentang Nabi Musa yang membelah laut merah dengan tongkatnya dan menenggelamkan Firaun beserta pasukannya. Semoga kisah Nabi Musa dapat menambah keimanan kita kepada Allah SWT.
Kemarilahdan jangan takut. Sesungguhnya engkau termasuk orang yang aman. (QS. Al-Qasas : 31) Tangan Menjadi Bercahaya. Selain dapat merubah tongkat menjadi ular, Nabi Musa 'Alaihissalam dapat merubah tangannya mengeluarkan cahaya. Mu'jizat ini disebutkan dalam surah QS. Al-Qasas ayat 32.
– Kisah perjalanan Nabi Musa dan Nabi Khidir, rupanya sudah tidak asing lagi di kalangan umat islam, baik dari jenjang anak-anak hingga kalangan orang dewasa. Kisah ini terdapat dalam Shahih Bukhori, kitab Tafsir Al Quran bab surat al-kahfi ayat lx. dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi. DONASI SEKARANG Alkisah, pada suatu hari, Nabi Musa berdiri untuk berpidato di hadapan kaum Bani israil. Setelah itu, ada seseorang yang bertanya kepadanya; “Wahai Musa, siapakah orang yang paling banyak ilmunya di muka bumi ini?” Lalu Nabi Musa menjawab; “Akulah orang yang paling banyak ilmunya di muka bumi ini.” Setelah kejadian tersebut, Allah nenegur Nabi Musa, karena ia tidak menyadari bahwa ilmu yang diperolehnya adalah pemberian Allah. Kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa, yang berisi tentang sebuah kabar bahwa Allah SWT mempunyai hamba yang lebih banyak ilmunya dan lebih pandai daripada Nabi Musa, Allah juga mewahyukan bahwa ia sekarang berada di antara dua lautan. Lalu Nabi Musa Alaihis Salam bertanya; “Wahai Tuhan, bagaimana caranya saya dapat bertemu dengan hambaMu itu?” Allah berfirman “Bawalah seekor ikan, dan masukkan dalam keranjang yang terbuat dari daun kurma. Manakala ikan tersebut lompat, maka di situlah hamba-Ku berada.” Kemudian Musa pun berangkat ke tempat itu dengan ditemani seorang muridnya yang bernama Yusya’ bin Nun, dengan membawa seekor ikan di dalam keranjang yang terbuat dari daun kurma. Keduanya berjalan kaki menuju tempat tersebut. Ketika keduanya sampai di sebuah batu besar, mereka pun tertidur lelap. dan tiba-tiba ikan yang berada di dalam keranjang tersebut, berguncang keluar, lalu masuk ke dalam air laut. Lalu ikan itu melompat ke laut dan berenang di dalamnya. Kemudian Allah menahan air yang dilalui ikan tersebut, hingga menjadi terowongan. Akhirnya mereka berdua melanjutkan perjalanannya hingga waktu berlalu siang dan malam. Ternyata, murid Nabi Musa lupa untuk menceritakan soal ikan yang hilang dari keranjang kurmanya tersebut. Pada pagi harinya, Nabi Musa berkata kepada muridnya; “Bawalah makanan kita kemari! Sesungguhnya saya merasa letih karena perjalanan kita ini.” Tak jauh dari tempat peristirahatan, muridnya pun berkata “Wahai Musa, aku lupa menceritakan padamu mengenai ikan yang kamu bawa di keranjang kurma itu, tatkala kita mencari tempat berlindung di batu besar dan tertidur, ikan tersebut mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.” Musa berkata, “Itulah tempat yang sedang kita cari.” Lalu keduanya kembali mengikuti jalan mereka semula. Kemudian keduanya menelusuri jejak dimana ikan tersebut melompat ke air laut. Setelah keduanya tiba di batu besar tadi, maka mereka melihat seorang laki-laki yang sedang tertidur berselimutkan kain. Lalu Nabi Musa Alaihis Salam mengucapkan salam kepadanya. Nabi Khidir bertanya kepada Musa; “Siapakah kamu?” Musa berkata, “Saya adalah Musa.” Nabi Khidir bertanya, “Musa Bani Israil?” Nabi Musa menjawab, “Ya”. Kemudian Nabi Musa menyampaikan maksud kedatangannya, yaitu ingin berguru kepada Khidir. Lalu Nabi Khidir mengatakan, “Sesungguhnya kamu tidak akan pernah sanggup dan sabar bersamaku. Bagaimana kamu bisa sabar atas sesuatu yang belum kamu ketahui?” Musa berkata, “Insya Allah, engkau akan mendapatiku sebagai orang yang sabar dan aku pun tidak akan menentangmu dalam suatu urusan apapun.” Khidir menjawab, “Jika kamu tetap mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan sesuatu hingga aku sendiri yang akan menerangkannya kepadamu.”Musa menjawab, “Baiklah”. Kemudian Nabi Musa dan Nabi Khidir berjalan menyusuri pantai. Tak lama kemudian ada sebuah perahu yang lewat. Lalu keduanya meminta tumpangan pada perahu tersebut. Ternyata orang-orang yang ada dalam perahu itu, mengenal Nabi Khidir dengan baik, hingga akhirnya mereka tidak diminta untuk membayar upah atas tumpangan tersebut. Setelah itu, Nabi Khidir mendekat ke salah satu papan di bagian perahu tersebut dan melobanginya. Melihat hal itu, Musa menegur dan memarahinya, seraya berkata, “Mereka ini adalah orang-orang yang mengangkut kita tanpa meminta upah, tetapi mengapa kamu malah melubangi perahu mereka? Apakah kamu ingin meneggelamkan penumpangnya?” Khidir menjawab, “Bukankah aku telah mengatakan padamu untuk tidak bertanya dan bersabar untuk mengikutiku?” Musa berkata sambil merayu, “Janganlah kamu menghukumku karena kekhilafanku”. Tak lama kemudian, keduanya pun turun dari perahu tersebut. Kemudian, Ketika keduanya sedang berjalan-jalan di tepi pantai, tiba-tiba ada seorang anak kecil yang sedang bermain dengan teman-temannya. Lalu, Nabi Khidir segera memegang dan membekuk kepala anak kecil itu dengan tangannya hingga ia menemui ajalnya. Dengan gusarnya Nabi Musa, kemudian ia berupaya untuk menghardik Nabi Khidir, “Mengapa kamu bunuh anak yang tak berdosa, sedangkan anak kecil itu belum pernah membunuh? Sungguh kamu telah melakukan perbuatan yang munkar.” Khidir berkata, “Bukankah sudah aku katakan bahwasanya kamu tidak akan mampu untuk bersabar dalam mengikutiku. Dan ini melebihi dari yang sebelumnya.” Musa berkata, “Jika aku bertanya kepadamu tenteng sesuatu setelah ini, maka janganlah kamu perbolehkan aku untuk menyertaimu. Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur maaf kepadaku.” Selanjutnya Nabi Musa dan Nabi Khidir melanjutkan perjalanannya. Ketika mereka berdua tiba di suatu negeri, maka keduanya pun meminta jamuan dari penduduk negeri tersebut, tapi sayangnya penduduk tersebut enggan menjamu keduanya. Lalu keduanya mendapati sebuah dinding rumah yang hampir roboh, namun Nabi Khidir langsung menegakkannya memperbaikinya. Melihat kejadian itu, Musa berkata kepada Khidir, “Kamu telah mengetahui bahwa para penduduk negeri yang kita datangi ini enggan menyambut dan menjamu kita. Jika kamu ingin menolongnya, maka kamu bisa meminta upah untuk membenarkan rumahnya”. Akhirnya Khidir berkata, “Inilah perpisahan antara aku dan kamu. Aku akan beritahukan kepadamu tentang rahasia yang mana kamu tidak sabar akan kejadian-kejadian tersebut.” Rahasia dibalik kejadian tersebut adalah, perihal perahu yang telah aku lobangi itu dikarenakan, di depan mereka ada seorang penguasa dholim yang akan merampas setiap perahu yang masih bagus. Sedangkan anak kecil yang dibunuh Nabi Khidir nantinya akan menjadi kafir sedangkan kedua orang tuanya mukmin. Adapun alasan Nabi Khidir menenggakan rumah yang hampir roboh tersebut adalah, sebab didalamnya terdapat harta anak yatim. Dalam riwayat tersebut juga disebutkan, bahwa Rasul SAW berkata, “Jika saja Nabi Musa mampu bersabar, maka pastilah kita akan mendapatkan cerita yang lebih panjang lagi.” Hikmah dari kisah perjalanan Nabi Musa dan Nabi Khidir adalah setiap orang mempunyai kelebihan masing-masing, sebab terkadang kita mengetahui apa yang tidak diketahui orang lain, begitupun sebaliknya. Dan setinggi apapun ilmu yang dimiliki manusia tetap saja tidak ada bandingannya dengan ilmu yang dimiliki oleh Allah. Oleh sebab itu, tak pantas jika kita menyombongkan atas apa yang kita punya, karena semuanya adalah milik Allah SWT. Smoga bermanfaat. Wallahu A’lam Bissshowab. Writer Recent Posts Aktivis at LPM Nabawi Darus-Sunnah Santri Pondok Pesantren Darus Sunnah Mahasiswa Fakultas Dirosat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah KebesaranNabi Musa tergambar dalam AlQur'an, kisahnya paling banyak disebutkan dalam AlQur'an. Ia adalah Nabi yang hebat dan diimani oleh semua Agama seperti Nabi Ibrahim Alaihissalam ( 3 Agama terbesar mengimani Nabi Musa sebagai utusan Allah Ta'ala) Perjalanan hidup Nabi Musa hampir sama dengan perjalanan hidup Nabi Muhammadloading...Surat al-Washah ayat 23-28 berkisah tentang pertemuan Nabi Musa dengan Nabi Syuaib. Foto/Ilustrasi Ist Surah al-Qashash ayat 1-50 berisi kisah tentang Nabi Musa as mulai dari dilahirkan hingga perlawanannya terhadap Fir’aun . Dalam kisah tersebut terdapat cerita tentang Nabi Musa as menikah dengan salah satu putri Nabi Syu’aib as. Kisah ini terekam dalam QS al-Qashash ayat 23 – 28. Pada ayat 23 Allah SWT berfirmanوَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأَتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ“Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan ternaknya, dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat ternaknya. Musa berkata “Apakah maksudmu dengan berbuat begitu?” Kedua wanita itu menjawab “Kami tidak dapat meminumkan ternak kami, sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.” Baca Juga Ayat di atas memulai kisah perjumpaan Nabi Musa as dengan dua perempuan yang sedang menggembala ternak dan hendak memberikan minum ternak mereka. Sebagaimana dapat dibaca dalam terjemah ayat, kedua perempuan tersebut menunggu para penggembala lain agar bisa meminumkan air bagi ternak-ternaknya. Pada ayat sebelumnya diceritakan bahwa Nabi Musa as sedang dalam pelarian dari kejaran tantara Firaun. Di tengah kejaran tersebut, sampailah Nabi Musa as di kota Madyan dan bertemu dengan dua perempuan sebagaimana diceritakan pada ayat dalam Ma’alim al-Tanzil fi Ta’wil al-Quran menyebutkan bahwa kota Madyan diambil dari nama seorang figur bernama Madyan bin Ibrahim. Wildan Imaduddin Muhammad, peneliti di el-Bukhari Institute, dalam laman Tafsir Al-Quran mengatakan tidak ada keterangan terkait apakah Ibrahim yang menjadi bapak Madyan ini adalah Nabi Ibrahim atau bukan. Masih menurut al-Baghawi, keadaan Nabi Musa sesampainya di Madyan tidak memiliki apa pun. Sedangkan ia telah menempuh perjalanan dari Mesir ke Madyan kurang lebih delapan hari delapan keadaan lelah baik secara fisik maupun psikis itulah, nabi Musa as bertemu dengan dua orang perempuan yang sedang menggembala kambing sebagaimana tertera pada ayat. Menurut keterangan al-Thabari dalam tafsirnya, dua perempuan yang ditemui Nabi Musa bernama Layya dan Shafura. Sosok Layya dan Shafura pada ayat ini mencerminkan dua perempuan independen yang mengerjakan pekerjaan “maskulin” pada masa itu. Baca Juga Setelah mengetahui dua perempuan memerlukan bantuan, Nabi Musa as menolong mereka. Hal ini tertuang dalam ayat 24فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ“Maka dia Musa memberi minum ternak kedua perempuan itu, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan makanan yang Engkau turunkan kepadaku.”Menurut Fakhruddin al-Razi dalam Mafatih al-Ghayb ada perbedaan pendapat mengenai cara Nabi Musa as memberikan minum kepada kambing peliharaan Layya dan Shafura. Pendapat pertama mengatakan bahwa Nabi Musa meminta kepada kelompok lelaki yang sedang meminumkan kambing untuk berbagi air sumur dan mereka dengan sukarela membagikan air tersebut kepadanya. Kemudian nabi Musa memberikan air minum untuk ternak Layya dan Shafura. Pendapat kedua, orang-orang yang menguasai sumur dengan sengaja menutup mulut sumur dengan batu besar agar ternak lain tidak bisa minum dari air sumur tersebut. Batu besar yang dijadikan penutup hanya bisa dipindahkan oleh sepuluh orang. Nabi Musa as dengan mudah memindahkan batu tersebut.
12 Surah Al-Hajj (Surah ke-22) Pada surah ini tidak dijelaskan banyak mengenai Nabi Musa 'alaihissalam. dan penduduk Madyan, dan telah didustakan Musa, lalu Aku tangguhkan (azab-Ku) untuk orang-orang kafir, kemudian Aku azab mereka, maka (lihatlah) bagaimana besarnya kebencian-Ku (kepada mereka itu).